Jakarta, Timohh News —
Para peneliti mengatakan benua Antartika tidak memiliki lapisan es sekitar 34 juta tahun yang lalu. Konon kawasan ini menyerupai Kanada bagian utara, yakni tundra dan hutan hijau.
Suhu global dikatakan sebagai faktor kunci yang mempengaruhi luasnya lapisan es. Sekitar 50 juta tahun yang lalu, suhu dunia 14 derajat Celcius lebih hangat dibandingkan saat ini, namun selama 16 juta tahun berikutnya, suhu tersebut menurun.
34 juta tahun yang lalu, periode waktu yang dikenal sebagai batas Eosen-Oligosen, iklimnya lebih hangat 8 derajat Celcius dibandingkan saat ini.
Lalu apa penyebab penurunan suhu drastis yang kemudian menyebabkan terbentuknya lapisan es?
“Ada dua faktor, dan keduanya mungkin berperan,” Eric Wolff, ahli paleoklimatologi di Universitas Cambridge, dikutip dalam Life Sciences.
“Salah satunya adalah perubahan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, dan yang lainnya adalah pergerakan benua dan khususnya pembukaan Jalur Drake,” tambahnya.
Selat Drake adalah selat antara Amerika Selatan dan Antartika yang menghubungkan Atlantik Selatan dengan Pasifik Selatan.
Wolf menjelaskan, semakin banyak karbon dioksida di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap dan semakin panas pula planet ini.
Tina van de Flierdt, ahli geokimia di Imperial College London, mengatakan bahwa sekitar 60 juta hingga 50 juta tahun yang lalu, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi sangat tinggi, antara 1000 hingga 2000 bagian per juta, atau 2,5 hingga 5 kali lipat. . Tingkat saat ini.
“Namun kita mengetahui bahwa CO2 di atmosfer mengalami penurunan pada periode Eosen-Oligosen,” ujarnya.
Ia menambahkan, penurunan CO2 di atmosfer ini akan dibarengi dengan pendinginan iklim global, yang dapat mendorong bumi melampaui batas pemanasannya dan memungkinkan terbentuknya lapisan es.
Namun, kata Wolff, ada juga kemungkinan terjadinya pendinginan lokal akibat lempeng tektonik di Antartika Barat. Pasalnya, Amerika Selatan dan Antartika akhirnya terpisah sehingga membuka apa yang kini dikenal sebagai Drake Passage atau Selat Drake.
“Hal ini menyebabkan apa yang kita sebut arus sirkumpolar – air di sekitar Antartika berbentuk lingkaran,” kata Wolff.
“Hal ini mengisolasi Antartika dari seluruh dunia dan menyulitkan orang-orang dari iklim hangat untuk menyeberangi Samudra Selatan, sehingga mendinginkan Antartika.”
Teknik pelat juga secara langsung mempengaruhi tingkat karbon dioksida, kata Wolff.
Pelapukan batuan dan aktivitas gunung berapi merupakan bagian dari siklus karbon, sehingga selama ribuan tahun, proses geologis dapat mengubah keseimbangan gas di atmosfer.
Meski masih ada ketidakpastian, para peneliti cukup yakin akan transisi yang terjadi 34 juta tahun lalu ini berkat kandungan kimiawi dalam sedimen batuan. (lom/dmi)