Jakarta, Timohh News —
Orgasme bisa menjadi tujuan saat bercinta. Namun, ternyata masih banyak wanita yang memalsukan orgasmenya. Bagaimana?
Dokter dan seksolog Haykal Ansari mengatakan banyak wanita yang memalsukan orgasme. Survei menunjukkan bahwa 40 persen wanita merangsang penisnya saat berhubungan intim.
Namun, hal ini tidak boleh dianggap sebagai kesalahan wanita. Penyebab gairah ekstrem bersifat kompleks dan melibatkan banyak faktor, termasuk dinamika hubungan, tekanan sosial, dan ketidakpekaan pasangan terhadap kebutuhan wanita saat berhubungan seks, kata Heckel.
“Kejadian ini bukan sekedar perilaku individu, tapi cerminan kurangnya komunikasi dan pemahaman antar pasangan,” kata Heckel dalam acara yang dipandu Lassie Asmara beberapa waktu lalu. Foreplay penting agar wanita merasa nyaman dan siap secara fisik dan emosional untuk melakukan penetrasi.
“Kalau foreplaynya kurang maksimal, wanita jadi tidak nyaman. Kadang laki-laki ‘memukulnya’. Kalau vagina kurang lembab, malah terasa sakit,” kata Heckel.
Masalah lain yang sering muncul adalah ketidakseimbangan antara tingkat gairah ekstrem pria dan wanita. Kebanyakan pria mencapai puncak gairah dengan cepat, sedangkan wanita membutuhkan waktu lebih lama.
“Laki-laki adalah makhluk yang mudah bergairah. Perempuan tidak siap, mereka mengganggu dengan paksa. Kadang laki-laki sangat bergairah dan perempuan tidak, dan akhirnya cepat hilang,” imbuhnya.
Berikut alasan utama mengapa wanita memalsukan orgasme. Inilah beberapa di antaranya. Dukung perasaan pasangan Anda
Kebanyakan wanita tidak ingin mengatakan bahwa mereka tidak bisa menjadi sangat bersemangat. Mereka takut menyakiti perasaan pasangannya atau membuat pasangannya merasa kurang baik di ranjang. Hindari konflik
Beberapa wanita memilih bersikap ekstrem untuk menghindari pertengkaran atau diskusi yang dianggap tidak nyaman setelah bercinta. Tekanan dan harapan sosial
Tekanan budaya untuk menggambarkan orgasme sebagai puncak kesuksesan seksual juga menjadi salah satu alasan banyak wanita memalsukan orgasme mereka.
Wanita takut jika tidak bertindak ekstrem, mereka akan dianggap aneh atau tidak normal. Selesaikan hubungan seksual dengan cepat
Dalam beberapa kasus, wanita membuat afrodisiak palsu untuk mengakhiri sesi seks yang tidak menyenangkan atau menyakitkan.
Efek negatif dari orgasme palsu
Mengejar kebahagiaan ekstrem mungkin tampak seperti solusi jangka pendek untuk menghindari masalah. Namun jika terus berlanjut dapat menimbulkan akibat negatif, seperti 1. Keengganan untuk mencintai
Jika hubungan intim terus terasa tidak memuaskan atau menyakitkan, wanita bisa kehilangan minat bercinta. Kurangnya kepuasan hubungan
Kurangnya keterbukaan dapat merusak kualitas hubungan dan membuat kedua belah pihak merasa tidak puas secara emosional dan fisik.
“Jika hal ini terlalu sering terjadi, wanita mungkin merasa enggan untuk bercinta. Makanya komunikasi jadi kuncinya. Jangan saling menyalahkan, tapi usahakan saling memahami kebutuhan masing-masing,” kata Heckel. (tst/asr)