Jakarta, Timohh News —
Insiden bunuh diri pelajar menjadi fokus saat ini. Bulan lalu tercatat tiga pelajar mengakhiri nyawanya dengan melompat dari gedung.
Meskipun motivasi setiap orang berbeda-beda dan belum diketahui secara pasti, tren ini juga mengarah pada kesehatan mental siswa – yang kebetulan merupakan Generasi Z –.
RSJ Dharmavongsa Meera Ameer, psikolog klinis di Sajiva Children and Adolescent Clinic membenarkan adanya risiko masalah kesehatan mental pada Gen Z.
“Iya, karena sederhananya generasi Z, mereka tumbuh di masa pandemi kemarin, di mana interaksi sosialnya belum berkembang sepenuhnya secara signifikan. Jadi ketika mereka harus berinteraksi secara mendalam di lingkungan pergaulannya. Kalau iya, sering kali mereka mendapat kendala.” kata Meera saat dihubungi. TIMOHH NEWS, Rabu (9/10).
Ketika keterampilan sosial menurun dan harus meninggalkan rumah untuk menghadapi kehidupan kampus lagi, lanjut Meera, mahasiswa Gen Z akan trauma dan tidak tahu bagaimana menghadapinya.
Hal ini juga menyulitkan Generasi Z untuk menemukan mekanisme koping yang sehat ketika mereka stres atau menghadapi masalah.
Banyak sekali faktornya, hambatan berkomunikasi dengan lingkungan, kebingungan harus bicara dengan siapa, cara menanganinya, cara mengungkapkannya, kata Meera.
Tak hanya itu, lingkungan keluarga juga berperan besar dalam meningkatkan kerapuhan mental Gen Z.
Meera menyoroti Gen Z yang sebenarnya memiliki orang tua yang sama-sama bekerja. Hal ini menyebabkan tegangnya interaksi keluarga dan berkurangnya kerjasama keluarga.
“Jadi [orang tua] tidak mendukung proses tumbuh kembang Gen Z, apalagi perkembangan kematangan emosinya, dan membuat mereka menemukan salinan masalahnya,” jelas Meera.
Meera juga menemukannya dalam praktik sehari-harinya. Banyak orang tua pasien yang secara lahiriah terlihat positif dan merasa telah berkomunikasi dengan baik dengan anaknya justru mendapat ‘laporan merah’ dalam sesi konseling.
Meera mengatakan, penting untuk mencermati gaya pengasuhan yang digunakan orang tua.
Mira menyimpulkan, “Jadi yang perlu dilakukan adalah parenting assesment, persiapan parenting. Dengan kejadian bunuh diri ini, kita perlu asesmen.”
(pli/asr)