Jakarta, Timohh News —
Kualitas udara di wilayah Jakarta dalam beberapa hari terakhir sangat baik. Kualitas udara Jakarta sudah keluar dari kategori ‘buruk’ selama 2 minggu terakhir.
Peningkatan kualitas udara Jakarta terjadi akhir-akhir ini seiring datangnya musim hujan. Kualitas udara Jakarta tercatat membaik sejak 18 November hingga Senin (2/12).
Berdasarkan data platform pemantau kualitas udara IQAir, indeks kualitas udara (AQI) dan PM2.5 di wilayah Jakarta selalu berada di luar kategori ‘sakit’ pada periode tersebut.
Dari situs resmi IQAir, Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta tercatat turun dari 157 (17 November) menjadi 57 (2 Desember) sejak 18 November. Penurunan angka ini menandakan bahwa udara menjadi lebih bersih dan sehat.
Sebagai referensi, berikut rincian kategori udara AQI: 0-50 Baik (Hijau) 51-100 Dekat atau Sedang (Kuning) 101-150 Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif atau Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif (Oranye) 151-200 Sakit (Penyakit ) Merah) 201-300 Sangat Sakit (Merah Tua) 301-500 Berbahaya atau Berbahaya (Ungu)
Sedangkan kategori partikel halus atau partikulat (PM2.5) adalah: 0-12.0 µg/m3 Baik (Hijau) 12.1-35.4 µg/m3 Buruk (Kuning) 35.5-55.4 µg/m3 Merupakan penyakit yang sensitif kelompok. ) 55,4-150,4 µg/m3 Tidak Sehat (Merah) 150,5-250,4 µg/m3 Sangat Tidak Sehat (Merah Tua) 250,5-500 µg/m3 Berbahaya (Merah)
Selengkapnya, berikut data kualitas udara Jakarta periode 18 November – 2 Desember menurut IQAir: 18 November: Kualitas udara berada pada 99 AQI dengan level PM2.5 34,7 µg/m3 (kategori sedang) 19 November : Kualitas udara 90 AQI dengan kadar PM 2.5 29,8 µg/m3 (kategori sedang) 20 November: Kualitas udara 95 AQI dengan tingkat PM2.5 32,6 µg/m3 (kategori sedang) 21 November: Kualitas udara 75 AQI dengan tingkat PM2.5 21,9 µg/m3 (kategori sedang) 22 November: Kualitas udara 64 AQI dengan kadar PM2.5 sebesar 16,1 µg/m3 (Kategori Sedang) 23 November: Kualitas udara berada pada level 71 AQI dengan level PM2.5 19,7 µg/m3 (kategori sedang) 24 November: Kualitas udara berada pada level 64 AQI dengan level PM2.5 16,1 µg/m3 (kategori sedang) ) 25 November: Udara kualitas dengan kadar PM2.5 sebesar 21 μg/m3 pada 73 AQI (kategori sedang) 26 November: Kualitas udara berada pada level 90 AQI dengan level PM2.5 29,9 µg/m3 (kategori sedang) 27 November: Kualitas udara berada pada level 64 AQI dengan level PM2.5 16,3 µg/m3 (kategori sedang) ) 28 November: Udara kualitas dengan kadar PM2.5 sebesar 13,5 pada 59 AQI µg/m3 (kategori sedang) 29 November: Kualitas udara berada pada level 57 AQI dengan level PM2.5 12,2 µg/m3 (kategori sedang) 30 November: Kualitas udara berada pada level 58 AQI dengan level PM2.5 12,9 µg/m3 (kategori Nominal) 1 Desember : Kualitas udara dengan kadar PM2.5 pada 51 AQI sebesar 9,1 µg/m3 (kategori sedang) 2 Desember: Kualitas udara berada pada 57 AQI dengan tingkat PM2.5 sebesar 14,7 µg/m3 (kategori sedang).
Peningkatan kualitas udara ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah angin. NAFAS Indonesia di
Oleh karena itu, angin lebih kencang terjadi di wilayah Jakarta.
NAFAS Indonesia menulis di X, Minggu (1/12): “Karena [angin] semakin mendekat, selain puing-puing yang beterbangan, puing-puing yang sebelumnya tertahan di Jakarta juga ikut terbawa ke utara.”
Kecepatan angin tertinggi terjadi pada tanggal 28 November yang menyebabkan rata-rata PM2,5 (partikel di udara) di Jakarta turun jauh di bawah 10. Menurut NAFAS Indonesia, situasi ini mirip dengan kota yang dikenal . yang paling murni angin di dunia
Seringkali angin kencang di Jakarta pada siang hingga malam hari datang dari laut sehingga “mendorong” polutan ke angin. Hal ini pula yang menjelaskan mengapa kualitas udara di Jakarta Utara secara umum lebih baik dibandingkan Jakarta Selatan.
Guswanto, Asisten Meteorologi BMKG, juga menegaskan, membaiknya cuaca di Jakarta juga dipengaruhi oleh turunnya hujan pada musim hujan.
“Saat musim hujan, ruang/suasana udara akan terus tersapu oleh polutan air hujan,” kata Guswanto saat dihubungi, Senin (2/12).
Guswanto juga menyebutkan jarak pandang erat kaitannya dengan kualitas udara.
“Saat musim kemarau dan kondisi siang/malam banyak terjadi pencemaran di atmosfer, pada kondisi tersebut jarak pandang berkurang. Namun setelah hujan karena tidak ada pencemaran maka jarak pandang kembali meningkat.”
(wnu/dmi)